Terkadang sebuah pertanyaan menuntun kita kepada hal yang
tak terduga. Sama seperti pertemuan dengannya yang diawali oleh sebuah
pertanyaan. Tepatnya, dia yang bertanya kepadaku, seorang gadis yang bertanya
kepada perjaka yang belum pernah ia temui sebelumnya. Mungkin kami pernah
bertemu sebelumnya walau tak disadari. Ah, mengapa aku masih saja teringat padanya?
Bukannya tadi aku bercerita tentang pertanyaan? Well, pertanyaan akan selalu
ada meskipun ada sebagian yang tak memiliki jawaban. Sekarang, ijinkan aku
bertanya pertanyaan sederhana, “pernahkah kamu merasa bahagia dan sedih di saat
yang bersamaan?” Tak usah kamu jawab, aku tak butuh jawaban.
Hari ini aku seharusnya merasa bahagia, adikku akan menikah
dengan perempuan yang ia pilih. Meski pertemuan mereka belum lama, tampaknya
mereka sudah merasa cocok. I should be happy for him. Namun, saat ini untuk
tersenyum pun seolah menjadi hal yang sangat sulit. Saat adikku mendapatkan
yang ia inginkan, aku baru saja kehilangan seseorang. Mungkin hilang bukan kata
yang tepat menurutmu, tapi bagiku ia memang hilang dan tak akan bisa kembali. Ya,
gadis yang kuceritakan padamu di awal, ia telah hilang. Jadi, katakan padaku,
apakah aku harus bahagia karena adikku akan menikah, ataukah justru bersedih
karena kehilangan seorang gadis? Sebuah kontradiksi yang mungkin tak pernah
terbayangkan.
Let me introduce her to you. Gadis itu memang telah menjadi
bagian dari diriku, maksud saya, dia pernah menjadi bagian dari diriku. Gadis dengan
rambut ikal sebahu itu memiliki senyuman yang membuat banyak lelaki iri padaku.
Senyuman yang mampu menghangatkan hati yang paling dingin, menyejukkan hati
yang bergejolak, meruntuhkan tembok ego. Gadis yang selalu menatap dalam ke
mataku. Ya, ia paling suka menatap mataku yang ia anggap mata dengan warna
cokelat yang jernih. Seperti yang telah kukatakan padamu, kami bertemu karena
sebuah pertanyaan. Aku pun terkadang masih bertanya-tanya mengapa ia bertanya
padaku. Tapi setidaknya, pertanyaan itu menuntun kami, dia dan aku, kepada rasa
yang sama, rasa tanpa pertanyaan. Hanya ada senyuman dan tatapan, tak pernah
ada satu pun pertanyaan. Mungkin kalian bertanya, tapi itulah kami. Merasakan segala
sesuatunya tanpa pertanyaan. Kini ia tak lagi di sini dan tak akan pernah
kembali lagi. Semoga engkau tak bertanya karena akupun tak pernah bertanya. Yang
aku tahu kini ia masih hidup dengan senyumannya. Dan kini ia telah bahagia. Meski
berat, aku berharap ia akan terus bahagia. Bahagia bersama adikku, yang akan
menjadi suaminya.
Nyeseknya. gadisku diambil adik kandungku. LOL. Berapa ya nilainya? yang jelasnya tdk di bawah rata-rataji lah.
BalasHapushehehe, bukan nyesek, cuma....
BalasHapusFucking brother.. Hahah
BalasHapus